BAB V
Kemiskinan dan Kesenjangan
Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan
A. Konsep dan Definisi
Pengukuran Kemiskinan
Pengukuran Kemiskinan
a. Kemiskinan relatif
Konsep yang mengacu pada garis kemiskinan yakni ukuran kesenjangan
dalam distribusi pendapatan. Kemiskinan
relatif proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata.
b. Kemiskinan absolute
(ekstrim)
Konsep yang tidak mengacu pada garus
kemiskinan yakni derajad kemiskinan dibawah dimana kebutuhan minimum untuk
bertahan hidup tidak terpenuhi.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah
ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari
segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah
yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai
cara. Pemahaman utamanya mencakup:
- Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang lainnya.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar profesi secara halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.
B. Garis Kemiskinan
Kemiskinan
bisa dikelompokan dalam dua kategori, yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan
relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten ,
tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran
absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup
menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk
laki laki dewasa).
Bank
Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg
pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengahuntuk
pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1
miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang
didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi
penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari
28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode
1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan
$1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami
penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun
kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang
kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini
menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah
pinggiran kota danghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai
kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam
pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin.
Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara
berkembang.
C. Penyebab dan Dampak Kemiskinan
Kemiskinan
banyak dihubungkan dengan:
- Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
- Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan keuangan keluarga.
- Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
- Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
- Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun
diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari
kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki
jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin;
yaitu, orang yang tidak sejahtera atau
rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
D.
Pertumbuhan, Kesenjangan dan Kemiskinan
Data 1970 – 1980 menunjukkan ada
korelasi positif antara laju pertumbuhan dan tingkat kesenjangan ekonomi.
Semakin tinggi pertumbuhan
PDB/pendapatan perkapita, semakin besar perbedaan sikaya dengan simiskin.
Penelitian di Asia Tenggara oleh
Ahuja, dkk (1997) menyimpulkan bahwa selama periode 1970an dan 198an
ketimpangan distribusi pendapatan mulai menurun dan stabil, tapi sejak awal
1990an ketimpangan meningkat kembali di LDC’s dan DC’s seperti Indonesia,
Thaliland, Inggris dan Swedia.
Janti (1997) menyimpulkan è semakin besar ketimpangan dalam distribusi pendapatan
disebabkan oleh pergeseran demografi, perubahan pasar buruh, dan perubahan
kebijakan publik. Perubahan pasar buruh ini disebabkan oleh kesenjangan
pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besar saham pendapatan istri dalam
jumlah pendapatan keluarga.
Hipotesis Kuznetsè ada korelasi positif atau negatif yang panjang antara
tingkat pendapatan per kapita dengan tingkat pemerataan distribusi
pendapatan.
Dengan data cross sectional (antara
negara) dan time series, Simon Kuznets menemnukan bahwa relasi kesenjangan
pendapatan dan tingkat pendapatan perkapita berbentuk U terbalik.
Tingkat Kesenjangan
Periode Tingkat Pendapatan Per Kapita
Hasil ini menginterpretasikan: Evolusi
distribusi pendapatan dalam proses transisi dari ekonomi pedesaan ke ekonomi
perkotaan (ekonomi industri) è Pada awal proses pembangunan, ketimpangan distribusi
pendapatan naik sebagai akibat proses urbanisasi dan industrialisasi dan akhir
proses pembangunan, ketimpangan menurun karena sektor industri di kota sudah
menyerap tenaga kerja dari desa atau produksi atau penciptaan pendapatan
dari pertanian lebih kecil.
Banyak studi untuk menguji hipotesis Kuznets dengan hasil:
- Sebagian besar mendukung hipotesis tersebut, tapi sebagian lain menolak
- Hubungan positif pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan hanya dalam jangka panjang dan ada di DC’s
- Kurva bagian kesenjangan (kiri) lebih tidak stabil daripada porsi kesenjangan menurun sebelah kanan.
Deininger dan Squire (1995) dengan
data deret waktu mengenai indeks Gini dari 486 observasi dari 45 LDC’s dan DC’s
(tahun 1947-1993) menunjukkan indeks Gini berkorelasi positif antara tahun
1970an dengan tahun 1980an dan 1990an.
Anand dan Kanbur (1993) mengkritik
hasil studi Ahluwalia (1976) yang mendukung hipotesis Kuznets. Keduanya menolak
hipotesis Kuznets dan menyatakan bahwa distribusi pendapatan tidak dapat
dibandingkan antar Negara, karena konsep pendapatan, unit populasi dan cakupan
survey berbeda.
Ravallion dan Datt (1996)
menggunakan data India:
§ proxy dari pendapatan perkapita
dengan melogaritma jumlah produk domestik (dalam nilai riil) per orang (1951=0)
§ proxy tingkat kesenjangan adalah
indeks Gini dari konsumsi perorang (%)
Hasilnya menunjukkan tahun 1950an-1990an
rata-rata pendapatan perkapita meningkat dan tren perkembangan tingkat
kesenjangan menurun (negative).
Ranis, dkk (1977) untuk China
menunjukkan korelasi negative antara pendapatan dan kesenjangan.
Hubungan Pertumbuhan dan Kemiskinan.
Hipotesis Kuznets: Pada tahap awal
pembangunan tingkat kemiskinan meningkat dan pada tahap akhir pembangunan
tingkat kemiskinan menurun.
Faktor yang berpengaruh pada tingkat
kemiskinan:
a) Pertumbuhan
b) Tingkat pendidikan
c) Struktur ekonomi
Wodon (1999) menjelaskan hubungan
pertumbuhan output dengan kemiskinan diekspresikan dalam:
Log Gkt = α + βLog Wkt
+ αt + ∑kt
Dimana:
· Gkt : Indeks gini untuk wilayah k pada periode t
· Wkt : Rata-rata konsumsi/pendapatan riil (rasio
kesejahteraan) diwilayah k pada periode t
· αt
: Efek lokasi yang tetap
· ∑kt : Term kesalahan
Dalam persamaan tersebut,
elastisitas ketidakmerataan distribusi pendapatan terhadap pertumbuhan
merupakan komponen kunci dari perbedaan antara efek bruto (ketimpangan konstan)
dan efek neto (efek dari perubahan ketimpangan) dari pertumbuhan pendapatan
terhadap kemiskinan.
· g : efek bruto (ketimpangan konstan)
· l : efek neto (efek dari perubahan ketimpangan)
· b : elatisitas ketimpangan terhadap pertumbuhan
· d : elastisitas kemiskinan terhadap ketimpangan
maka,
Λ = γ + βδ
Elatisitas ketimpangan terhadap
pertumbuhan dan elastisitas kemiskinan terhadap ketimpangan diperoleh dengan
persamaan:
Log Pkt = w + Log Wkt
+ Log Gkt + wk + vkt
Dimana:
· Pkt : Kemiskinan diwilayah k pada periode t
· Gkt : Indeks gini untuk wilayah k pada periode t
· Wkt : Rata-rata konsumsi/pendapatan riil (rasio
kesejahteraan)
diwilayah k pada periode t
· Wk : efek-efek yang tetap
· vkt :term kesalahan
Studi empiris di LDC’s menunjukkan
ada korelasi yang kuat antara pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan. Studi lain
menunjukkan bahwa kemiskinan berkorelasi dengan pertumbuhan output (PDB) atau
Pendapatan nasional baik secara agregat maupun disektor-sektor ekonomi secara
individu.
- Ravallion dan Datt (1996) dengan data dari India menemukan bahwa pertumbuhan output disektor-sektor primer khususnya pertanian jauh lebih efektif terhadap penurunan kemiskinan dibandingkan dengan sector sekunder.
- Kakwani (2001) untuk data dari philipiana menunjukkan hasil yang sama dengan Ravallion dan Datt. Peningkatan output sektor pertanian 1% mengurangi jumlah kemiskinan 1% lebih sedikit. Peningkatan output sektor industri 1% mengurangi jumlah kemiskinan 0,25 saja.
- Mellor (2000) menjelaskan ada tendensi partumbuhan ekonomi (terutama pertanian) mengurangi kemiskinan baik secara mangsung maupun tidak langsung.
- Hasan dan Quibria (2002) menyatakan ada hubungan antara pertumbuhan dengan kemiskinan
- ADB (1997) untuk NIC’s Asia Tenggara (Taiwan, Korsel, dan Singapura) menunjukkan pertumbuhan output di sector industri manufaktur berdampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan penurunan kemiskinan
- Dolar dan Kraay (2000) menunjukkan elastisitas pertumbuhan PDB (pendapatan) perkapita dari kelompok miskin adalah 1% (pertumbuhan rata-rata 1% meningkatkan pendapatan masyarakat miskin 1%).
- Timmer (1997) menyimpulkan bahwa elastisitas pertumbuhan PDB (pendapatan) perkapita dari kelompok miskin adalah 8% artinya kurang dari proporsional keuntungan bagi kelompok miskin dari pertumbuhan ekonomi
Untuk mengukur pengaruh pertumbuhan
sektoral terhadap tingkat kemiskinan digunakan:
Ln P= a + b1 Ln Y1 +
b2 Ln Y2 + b3 Ln Y3 + u + R
Dimana:
P : Fraksi dari jumlah populasi
dengan pengeluaran konsumsi dibawah pengeluaran minimum yang telah ditetapkan
sebelumnya (garis kemiskinan)
Y : Tingkat output per kapita untuk
sector pertanian, inustri pengolahan, dan jasa
u dan R:term kesalahan
Ada korelasi yang negative antara
tingkat pendapatan dan kemiskinan (semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita,
semakin rendah tingkat kemiskinan). Nilai koefisien korelasi untuk 4 wilayah.
Asia Timur
|
Amerika Latin
|
Asia Selatan
|
Afrika Sub-Sahara
|
|
INC
|
-0,03
(-0,03)
|
0,26
(1,79)
|
0,31
(3,31)
|
0,17
(1,72)
|
LnY
|
-1,60
(-9,36)
|
-1,13
(-6,11)
|
-0,82
(-10,12)
|
-0,71
(-4,53)
|
Adj. R2
|
0,84
|
0,68
|
0,83
|
0,93
|
Observasi
|
70
|
107
|
67
|
48
|
Hasil penelitian per sector:
Asia Timur
|
Amerika Latin
|
Asia Selatan
|
Afrika Sub-Sahara
|
|
INC
|
0,05
(0,6)
|
0,3
(2,32)
|
0,36
(3,95)
|
0,08
(0,78)
|
LnYpertanian
|
0,40
(0,66)
|
-0,33
(-1,47)
|
-1,17
(-4,29)
|
-0,32
(-3,05)
|
LnYindustri
|
-1,31
(-4,28)
|
0,28
(1,21)
|
-0,03
(-0,2)
|
-0,03
(-0,31)
|
LnYjasa
|
0,02
(0,08)
|
-1,21
(-4,88)
|
-0,22
(-1,3)
|
-0,16
(-1,55)
|
Adj. R2
|
0,84
|
0,71
|
0,87
|
0,93
|
Observasi
|
70
|
107
|
67
|
48
|
E. Beberapa Indikator Kesenjangan
dan Kemiskinan
Indikator Kesenjangan dan
Kemiskinan.
Cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan dengan:
Cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan dengan:
1. Pendekatan Asiomatic mencakup:
a) The Generalied Entropy (GE)
GE = (1/(α2-α) n=jumlah individu/orang dalam sampelyi=pendapatan individu (i=1,2,…n) = (1/n) adalah ukuran rata-rata pendapatan
Nilai GE terletak 0 sampai ∞. Nilai GE 0 berarti distribusi pendapatan merata dan GE bernilai 4 berarti kesenjangan yang sangat besar.α = mengukur besarnya perbedaan antara pendapatan dari kelompok yang berbeda didalam distribusi tersebut dan mempunyai nilai riil
b) Ukuran Atkinson
A = 1 -
ϵ=parameter ketimpangan, 0<ϵ<1, semakin tinggi nilai ϵ, semakin tidak seimbang pembagian pendapatan.Nilai α dari 0 sampai 1. Nilai 0 berarti tidak ada ketimpangan dalam distribusi pendapatan
c) Koefisien Gini
Gini = (1/2n2-n)Nilai koefisien Gini dari 0 sampai 1. Nilai 0 berarti kemerataan sempurna dan nilai 1 berarti ketidakmerataan sempurna (satu orang/kelompok orang disuatu Negara menikmati semua pendapatan Negara).
Ide dasar perhitngan koefisien Gini adalah Kurva Lorenz
Kurva Lorenz menggambarkan distribusi komulatif pendapatan nasional diberbagai lapisan penduduk. Sumbu vertical è presentase komulatif pendapatan nasional & Sumbu horizontal è persentase komulatif penduduk.
Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan.
Cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan dengan:
1. Pendekatan Asiomatic mencakup:
a) The Generalied Entropy (GE)
GE = (1/(α2-α) n=jumlah individu/orang dalam sampelyi=pendapatan individu (i=1,2,…n) = (1/n) adalah ukuran rata-rata pendapatan
Nilai GE terletak 0 sampai ∞. Nilai GE 0 berarti distribusi pendapatan merata dan GE bernilai 4 berarti kesenjangan yang sangat besar.α = mengukur besarnya perbedaan antara pendapatan dari kelompok yang berbeda didalam distribusi tersebut dan mempunyai nilai riil
b) Ukuran Atkinson
A = 1 -
ϵ=parameter ketimpangan, 0<ϵ<1, semakin tinggi nilai ϵ, semakin tidak seimbang pembagian pendapatan.Nilai α dari 0 sampai 1. Nilai 0 berarti tidak ada ketimpangan dalam distribusi pendapatan
c) Koefisien Gini
Gini = (1/2n2-n)Nilai koefisien Gini dari 0 sampai 1. Nilai 0 berarti kemerataan sempurna dan nilai 1 berarti ketidakmerataan sempurna (satu orang/kelompok orang disuatu Negara menikmati semua pendapatan Negara).
Ide dasar perhitngan koefisien Gini adalah Kurva Lorenz
Kurva Lorenz menggambarkan distribusi komulatif pendapatan nasional diberbagai lapisan penduduk. Sumbu vertical presentase komulatif pendapatan nasional & Sumbu horizontal persentase komulatif penduduk.
Peneliti lain memasukkan 2 faktor
lain yakni rata-rata besarnya kekurangan pendapatan orang miskin dan besarnya
ketimpangan dalam distribusi pendapatan antar orang miskin. Semakin rata-rata
besarnya kekurangan pendapatan orang miskin, semakin besar gap pendapatan antar
orang miskin sehingga kemiskinan bertambah besar. Dengan memasukkan 2 faktor
tersebut, maka muncul Indeks Kemiskinan Sen:
S = H [I + (1-I)Gini]
I adalah jumlah rata-rata
difisit pendapatan dari orang miskin sebagai % dari garis kemiskinan.
Koefisien Gini mengukur ketimpangan
antar orang miskin.
Jika salah satu factor ini naik,
maka kemiskinan meningkat.
Perubahan pola distribusi pendapatan
dipedesaan disebabkan oleh:
a) Urbanisasi jaman
ordebaru sangat pesat
b) Struktur pasar
dan besar distorsi yang berbeda antara kota dan desa. Desa memiliki jumlah
sektor, output per sektor, dan pendapatan perkapita lebih kecil daripada kota.
c) Dampak positif
pembangunan nasional yang berbentuk: (a) berbagai kegiatan ekonomi di desa
(perdagangan, industry dan jasa); (b) Produksitivitas dan pendapatan TK
pertanian dan penggunaan teknologi pertanian meningkat; dan (c) pemanfaatan SDA
yang lebih baik di desa.
F. Kemiskinan di
Indonesia
Permasalahan
yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh pemerintah indonesia saat ini adalah
kemiskinan, disamping masalah-masalah yang lainnya. dewasa ini pemerintah belum
mampu menghadapi atau menyelesaikan permasalahan kemiskinan.
Menurut Remi dan Tjiptoherijanto
(2002:1) upaya menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia telah
dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program Bimbingan Masyarakat
(Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan
jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya penurunan
kemiskinan di tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada
awal 1990-an kembali naik. Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan
pendapatan nasional melebar yang mencakup antar sektor, antar kelompok, dan
ketidakmerataan antar wilayah.
berdasarkan
data Bank Dunia jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2002 bukanlah 10
sampai 20% tetapi telah mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia yang
berjumlah 215 juta jiwa.
G. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Setiap permasalahan timbul pasti karna ada faktor yang
mengiringinya yang menyebabkan timbulnya sebuah permasalahan, begitu juga
dengan masalah kemiskinan yang dihadapi oleh negara indonesia. Beberapa faktor
yang menyebabkan timbulnya kemiskinan menurut Hartomo dan Aziz dalam Dadan
Hudyana (2009:28-29) yaitu :
1). Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang
mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.
Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan
keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2). Malas Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada
nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk
bekerja.
3). Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber
alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering
dikatakan masyarakat itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.
4). Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi
kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan
lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil
kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan
keterampilan.
5). Keterbatasan Modal
Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk
melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka
miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.
6). Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila
tidak diimbangi dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan
kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat
tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
Suryadiningrat dalam Dadan Hudayana (2009:30),
juga mengemukakan bahwa kemiskinan pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya
komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran ajaran agama,
kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penganiayaan manusia
terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Penganiayaan manusia terhadap
diri sendiri tercermin dari adanya :
1) keengganan bekerja dan berusaha,
2) kebodohan,
3) motivasi rendah,
4) tidak memiliki rencana jangka panjang,
5) budaya kemiskinan, dan
6) pemahaman keliru terhadap kemiskinan.
Sedangkan penganiayaan terhadap orang lain terlihat dari
ketidakmampuan seseorang bekerja dan berusaha akibat :
1) ketidakpedulian orang mampu kepada orang yang memerlukan
atau orang tidak mampu dan
2) kebijakan yang tidak memihak kepada orang miskin.
Kartasasmita dalam Rahmawati
(2006:4) mengemukakan bahwa, kondisi kemiskinan dapat
disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab,
diantaranya yaitu :
1. Rendahnya Taraf Pendidikan
Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan
pengembangan diri terbatas dan meyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat
dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga membatasi kemampuan seseorang untuk
mencari dan memanfaatkan peluang.
2. Rendahnya Derajat Kesehatan
Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya
daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa.
3. Terbatasnya Lapangan Kerja
Selain kondisi kemiskinan dan kesehatan yang rendah,
kemiskinan juga diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada
lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk
memutuskan lingkaran kemiskinan.
4. Kondisi Keterisolasian
Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena
terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak
dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang
dinikmati masyarakat lainnya.
Nasikun dalam Suryawati (2005:5) menyoroti
beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu :
1) Pelestarian Proses Kemiskinan Proses pemiskinan yang
dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan diantaranya
adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.
2) Pola Produksi Kolonial
Negara ekskoloni mengalami kemiskinan karena pola produksi
kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai
petani skala besar dan berorientasi ekspor.
3) Manajemen Sumber Daya Alam dan
Lingkungan
Adanya unsur manajemen sumber daya alam dan lingkungan,
seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.
4) Kemiskinan Terjadi Karena Siklus Alam.
Misalnya tinggal di lahan kritis, dimana lahan ini jika
turun hujan akan terjadi banjir tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air,
sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.
5) Peminggiran Kaum Perempuan
Dalam hal ini perempuan masih dianggap sebagai golongan
kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih
rendah dari laki-laki.
6) Faktor Budaya dan Etnik
Bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara
kemiskinan seperti, pola hidup konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen
raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.
H. Kebijakan Anti kemiskinan
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi, kebijakan, kelembagaan
dan penurunan kemiskinan disajikan dan gambar berikut ini.
Kebijakan lembaga dunia mencakup World Bank, ADB, UNDP, ILO,
dsb.
World bank (1990) peprangan melawan kemiskinan melalui:
·Pertumbuhan ekonomi yang luas dan menciptakan lapangan kerja
yang padat karya
·Pengembangan SDM
·Membuat jaringan pengaman social bagi penduduk miskin yang
tidak mampu memperoleh dan menikmati pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja
serta pengembangan SDM sebagai akibat dari cacat fisik dan mental, bencana,
konflik social atau wilayah yang terisolasi.
World bank (2000) memberikan resep baru dalam memerangi
kemiskinan dengan 3 pilar:
Pemberdayaan yaitu proses peningkatan kapasitas penduduk
miskin untuk mempengaruhi lembaga-lembaga pemerintah yang mempengaruhi
kehidupan mereka dengan memperkuat partisipasi mereka dalam proses politik dan
pengambilan keputusan tingkat local.
1. Keamanan yaitu proteksi bagi orang miskin terhadap goncangan
yang merugikan melalui manajemen yang lebih baik dalam menangani goncangan
ekonomi makrodan jaringan pengaman yang lebih komprehensif.
2. Kesempatan yaitu proses peningkatan akses kaum miskin
terhadap modal fisik dan modal manusia dan peningkatan tingkat pengembalian
dari asset asset tersebut.
ADB (1999) menyatakan ada 3 pilar untuk mengentaskan
kemiskinan:
·Pertumbuhan berkelanjutan yang prokemiskinan
·Pengembangan social yang mencakup: pengembangan SDM, modal
social, perbaikan status perempuan, dan perlindungan social
·Manajemen ekonomi makro dan pemerintahan yang baik yang
dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan.
Factor tambahan:
·Pembersihan polusi udara dan air kota-kota besar
·Reboisasi hutan, penumbuhan SDM, dan perbaikan tanah
Strategi oleh pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan:
1. Jangka pendek yaitu membangun sector pertanian, usaha kecil
dan ekonomi pedesaan
2. Jangka menengah dan panjang mencakup:
· Pembangunan dan
penguatan sector swasta
· Kerjasama regional
· Manajemen APBN dan
administrasi
· Desentralisasi
· Pendidikan dan
kesehatan
· Penyediaan air bersih
dan pembangunan perkotaan
· Pembagian tanah
pertanian yang merata
BAB
VI
Pembangunan
Ekonomi Daerah dan Otonomi Daerah
A. Undang-Undang Otonomi Daerah
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
- Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yg Berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka NKRI.
- Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
- UU No. 31 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Beberapa alasan munculnya Undang-Undang
Otonomi Daerah:
- Terjadinya krisis ekonomi yang pada akhirnya memunculkan krisis multi dimensi
- Isu disintegrasi yang merebak di beberapa propinsi yang kaya Sumberdaya
- UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
Tujuan:
- UU No. 22 untuk memberikan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaran otonomi daerah
- UU No. 25 Memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah serta sistem perimbangan keuangan yang baik antara pusat dan daerah
B.Perubahan
Penerimaan Daerah dan Peranan Pendapatan Asli Daerah
1. Pendapatan daerah: PAD, bagi hasil pajak dan non pajak,
pemberian dari pemerintah
2. Dalam UU No. 25 ada tambahan pos penerimaan daerah yaitu dana
perimbangan dari pemerintah pusat
3. Beberapa dampak dari diberlakukannya UU No. 25
terhadap keuangan daerah adalah :
- Peranan PAD dalam pembiayaan pembangunan ekonomi (APBD) tidak terlalu besar. Hal ini mencerminkan tingginya tingkat ketergantungan finansial daerah terhadap pemerintah pusat.
- Ada Korelasi positif antara daerah yang kaya SDA dan SDM dengan peranan PAD dalam APBD
- Pada tahun 1998/1999 terjadi penurunan PAD dalam pembentukan APBD-nya, salah satu penyebabnya adalah krisis ekonomi yang melanda tanah air.
C. Pembangunan ekonomi regional
Dari aspek ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian yaitu:
- Suatu daerah dianggap sebagai ruang di mana kegiatan ekonomi terjadi clan didalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama.Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan per kapitanya,sosial-budayanya, geografisnya, dan sebagainya. Daerah dalam pengertian seperti ini disebut daerah homogen.
- Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam pengertian ini disebut daerah modal.
- Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu propinsi, kabupaten, kecamatan, dan sebagainya. Jadi daerah di sini didasarkan pada pembagian administratif suatu negara. Daerah dalam pengertian seperti ini dinamakan daerah perencanaanatau daerah administrasi.
Dalam praktik, jika kita membahas perencanaan pembangunan
ekonomi daerah maka pengertian yang ketiga tersebut di atas yang lebih banyak
digunakan, karena
- Dalam melaksanakan kebijaksanaan dan rencana pembangunan daerah diperlukan tindakan-tindakan dari berbagai lembaga pemerintah. Oleh karena itu, akan lebih praktis jika suatu negara dipecah menjadi beberapa daerah ekonomi berdasarkan satuan administratif yang ada.
- Daerah yang batasannya ditentukan secara administratif lebih mudah dianalisis, karena biasanya pengumpulan data di berbagai daerah dan suatu negara, pembagiannya didasarkan pada satuan administratif.
D. Faktor Penyebab Ketimpangan
Penyebab ketimpangan ekonomi antar
propinsi di Indonesia:
1. Konsentrasi
Kegiatan Ekonomi Wilayah
2. Alokasi
investasi
3. Tingkat
mobilitas FT rendah antar daerah
4. Perbedaan
SDA antar propinsi
5. Perbedaan
kondisi demografis antar wilayah
6. Kurang
lancarnya perdagangan antar propinsi
E. Pembangunan Indonesia Bagian
Timur
Saat
ini pembangunan perekonomian di Indonesia tengah mengacu pada komitmen
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang
dicanangkan pada 27 Mei 2011 lalu. Mengacu kepada hal itu strategi utama yang
harus dibangun salah satunya adalah penguatan konektivitas nasional.Guru Besar
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) Emil Salim mengatakan untuk untuk
mengembangkan keutuhan NKRI, perlu mengutamakan penggalakan konektivitas
Indonesia bagian barat dan timur. Sebab, kata dia, saat ini Indonesia bagian
timur masih tertinggal sehingga tidak menarik minat pengusaha berinvestasi di
sana. “Indonesia bagian timur harus dibangun, harus dikembangkan terus, untuk
memperkuat perekonomian di Indonesia, koridor ekonomi di Sulawesi, Bali, Nusa
Tenggara, Papua, dan Kepulauan Maluku, masih mencatat angka buruk di semua
indikator kesejahteraan penduduk, kemiskinan, dan gizi buruk,” katanya
dalam Seminar ‘Indonesia Tanpa Kemiskinan’, di FEUI, Kampus Depok,
Selasa (31/5/2011).Padahal, kata Emil, Papua dan Maluku dapat diandalkan
sebagai pusat perikanan dan energi. Namun, ia menyarankan tetap harus
memperkuat kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan Teknologi
(IPTEK).“Tak hanya itu, tapi ada juga pengembangan potensi ekonomi melalui
koridor ekonomi, serta harus membangun infrastruktur untuk meningkatkan
konektivitas, serta listrik, energi, dan sarana air bersih,”
tegasnya.Pengembangan wilayah bagian timur Indonesia juga bisa ditingkatkan
melalui bidang pendidikan dan kesehatan. Serta merangsang pihak perbankan untuk
mengucurkan kredit pembangunan di sana.
F. Teori dan Analisis Pembangunan
Ekonomi Daerah
Teori:
1. Teori
basis ekonomi
Penentu utama pertumbuhan ekonomi
suatu daerah adalah permintaan barang dan jasa dari luar daerah termasuk
ekspor. Produksi dengan input lokal yang menghasilkan output dijual ke luar
daerah menghasilkan Pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita dan peluang kerja
daerah tersebut
2. Teori
lokasi
Teori ini untuk menentukan kawasan
industry suatu daerah. Pengusaha rasional berupaya untuk memperoleh keuntungan
dengan biaya minimal melalui pemilihan lokasi yang berbiaya minimal
3. Teori daya
tarik industry
Faktor penentu pembangunan industry
di suatu daerah mencakup faktor daya tarik industry dan faktor daya saing
daerah.
Faktor daya tarik industry:
- Produktivitas TK
- Industri-industri terkait dalam pengembangan industry untuk meningkatkan NT daerah dan mengurangi ketergantungan impor
- Daya saing masa depan
- Spesialisasi industry
- Potensi X
- Prospek bagi permintaan domestik
Faktor daya saing daerah:
- Pasar
- Persaingan
- Keuangan dan ekonomi (NT, kesempatan kerja, keamanan, stabilitas ekonomi, pemanfaatan kapasitas produksi, skala ekonomi, dan infra struktur ekonomi)
- Kompleksitas, diferensiasi, paten, hak cipta dan proses T manufaktur
Model analisis pembangunan daerah
mencakup:
- Analisis SS untuk analisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Titik tolak analisis ini adalah pertumbuhan ekonomi daerah ditentukan oleh 3 faktor:
- Komponen pertumbuhan ekonomi nasional atau regional (pangsa pasar propinsi dalam pertumbuhan ekonomi nasional
- Pergeseran proporsional atau pergeseran industry mix dimana suatu propinsi yang memiliki pangsa output yang lebih besar untuk industry yang tumbuh pesat harus tumbuh dengan lebih cepat daripada nasional secara keseluruhan
- Pergeseran daya saing untuk menentukan tingkat daya saing sector dalam propinsi.
- Location Quotients (LQ) adalah teknik memperluas metode SS untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi atau sector suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian tersebut dengan tingkat nasional
- Angka Pengganda Pendapatan digunakan untuk mengukur potensi kenaikan pendapatan suatu daerah dari suatu keguatan ekonomi yang baru atau peningkatan output dari suatu sector diwilayah tersebut.
- Analisis Input-Output yaitu untuk mengukur perekonomian suatu daerah dengan melihat keterkaitan antar esktor dalam upaya memahami kompleksitas perekonomian daerah tersebut dan kondisi yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan antara AS dan AD.
BAB VII
SEKTOR PERTANIAN
A. Sektor
Pertanian di Indonesia
- Selama periode 1995-1997 PDB sektor pertanian (peternakan, kehutanan & perikanan) menurun & sektor lain seperti menufaktur meningkat.
- Sebelum krisis moneter, laju pertumbuhan output sektor pertanian < ouput sektor non pertanian 1999 semua sektor turun kecuali listrik, air dan gas.
Rendahnya
pertumbuhan output pertanian disebabkan:
- Iklim kemarau jangka panjang berakibat volume dan daya saing turun
- Lahan lahan garapan petani semakin kecil
- Kualitas SDM rendah
- Penggunaan Teknologi rendah
Sistem
perdagangan dunia pasca putaran Uruguay (WTO/GATT) ditandatangani oleh 125
negara anggota GATT telah menimbulkan sikap optimisme & pesimisme Negara
LDC’s:
- Optimis Persetujuan perdagangan multilateral WTO menjanjikan berlangsungnya perdagangan bebas didunia terbebas dari hambatan tariff & non tariff
- Pesimis Semua negara mempunyai kekuatan ekonomi yg berbeda. DC’s mempunyai kekuatan > LDC’s
Perjanjain tersebut merugikan bagi LDC’s, karena produksi
dan perdagangan komoditi pertanian, industri & jasa di LDC’s masih menjadi
masalah besar & belum efisien sbg akibat dari rendahnya teknologi &
SDM, shg produk dri DC’s akan membanjiri LDC’s.
Butir
penting dalam perjanjian untuk pertanian:
- Negara dg pasar pertanian tertutup harus mengimpor minimal 3 % dari kebutuhan konsumsi domestik dan naik secara bertahap menjadi 5% dlm jk waktu 6 tahun berikutnya
- Trade Distorting Support untuk petani harus dikurangi sebanyak 20% untuk DC’s dan 13,3 % untuk LDC’s selama 6 tahun
- Nilai subsidi ekspor langsung produk pertanian harus diturunkan sebesar 36% selama 6 tahun & volumenya dikurangi 12%.
- Reformasi bidang pertanian dlm perjanjian ini tdk berlaku utk negara miskin
Temuan
hasil studi dampak perjanjian GATT:
- Skertariat GATT (Sazanami, 1995)è Perjanjian tsb berdampak + yakni peningkatan pendapatan per tahun è Eropa Barat US $ 164 Milyar, USA US$ 122 Milyar, LDC’s & Eropa Timur US $ 116 Milyar. Pengurangan subsidi ekspor sebesar 36 % dan penurunan subsidi sector pertanian akan meningkatkan pendapatan sector pertanian Negara Eropa US $ 15 milyar & LDC’s US $ 14 Milyar
- Goldin, dkk (1993)è Sampai th 2002, sesudah terjadi penurunan tariff & subsidi 30% manfaat ekonomi rata-rata pertahun oleh anggota GATT sebesar US $ 230 Milyar (US $ 141,8 Milyar / 67%0 dinikmati oleh DC’s dan Indonesia rugi US $ 1,9 Milyar pertahun
- Satriawan (1997) Sektor pertanian Indonesia rugi besar dlm bentuk penurunan produksi komoditi pertanian sebesar 332,83% dengan penurunan beras sebesar 29,70% dibandingkan dg Negara ASIAN
- Feridhanusetyawan, dkk (2000) Global Trade Analysis Project mengenai 3 skenario perdagangan bebas yakni Putaran Uruguay, AFTA & APEC. Ide dasarnya: apa yang terjadi jika 3 skenario dipenuhi (kesepakatan ditaati) dan apa yang terjadi jika produk pertanian diikutsertakan? Perubahan yang diterapkan dalam model sesuai kesepakatan putaran Uruguay adalah:
- Pengurangan pajak domestic & subsidi sector pertanian sebesar 20% di DC’s dan 13 % di LDC’s
- Penurunan pajak/subsidi ekspor sector pertanian 36% di DC’s & 24% di LDC’s
- Pengurangan border tariff untuk komoditi pertanian & non pertanian
Liberalisasi
perdagangan berdampak negative bagi Indonesia thd produksi padi & non
gandum. Untuk AFTA & APEC, liberalisasi perdagangan pertanian
menguntungkan Indonesia dg meningkatnya produksi jenis gandum lainnya (terigu,
jagung & kedelai). AFTA Indonesia menjadi produsen utama pertanian di
ASEANdan output pertanian naik lebih dari 31%. Ekspor pertanian naik 40%.
B. Nilai Tukar Petani
Nilai tukar nilai tukar suatu barang dengan barang
lainnya. Jika harga produk A Rp 10 dan produk
B Rp 20, maka nilai tukar produk A thd B=(PA/PB)x100% =1/2. Hal ini berarti 1
produk A ditukar dengan ½ produk B. Dengan menukar ½ unit B dapat 1 unit A.
Biaya opportunitasnya adalah mengrobankan 1 unit A utk membuat ½ unit B.
Dasar Tukar (DT):
DT dalam negeri pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri dengan mata uang nasional
DT internasional / Terms Of Trade pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri dg mata uang internasional.
DT dalam negeri pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri dengan mata uang nasional
DT internasional / Terms Of Trade pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri dg mata uang internasional.
Nilai Tukar Petani Selisih harga output pertanian dg harga
inputnya (rasio indeks harga yang diterima petani dg indeks harga yang
dibayar).
Semakin tinggi NTP semakin baik.
NTP setiap wilayah berbeda dan ini tergantung:
Inflasi setiap wilayah
Sistem distribusi input pertanian
Perbedaan ekuilibrium pasar komoditi pertanian setiap wilayah (D=S) D>S harga naik & D<S harga turun
Inflasi setiap wilayah
Sistem distribusi input pertanian
Perbedaan ekuilibrium pasar komoditi pertanian setiap wilayah (D=S) D>S harga naik & D<S harga turun
Pekembangan
NTP tsb menunjukkan pertani di JABAR & JATENG rugi dan di Yogja & JATIM
untung. Hal ini dsebabkan oleh byk factor termasuk system distribusi pupuk di
Yogya & JATIM lebih baik dari JABAR & JATENG.
C.Investasi di Sektor Pertanian
Investasi di sektor pertanian
tergantung :
§ Laju pertumbuhan output
§ Tingkat
daya saing global komoditi pertanian
Investasi:
§ Langsungè Membeli mesin
§ Tdk Langsungè Penelitian & Pengembangan
Hasil penelitian:
§ Supranto (1998)è laju pertumbuhan sektor ini
rendah, karena PMDN & PMA serta kerdit yg mengalir kecil. Hal ini karena
resiko lebih tinggi (gagal panen) dan nilai tambah lebih kecil di sektor
pertanian.
Tabel 5.17 Investasi di sektor pertanian & industri manufaktur (Rp
milyar) 1993-96
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
Pertanian
|
2.735
|
4.545
|
7.128
|
15.284
|
Manufaktur
|
24.032
|
31.922
|
43.342
|
59.218
|
§ Simatupang (1995)è kredit perbankan lebih byk
megalir ke sektor non pertanian & jasa dibanding ke sektor pertanian.
Tabel 5.18 Kredit Perbankan di sektor pertanian & industri manufaktur
(Rp milyar) 1993-96
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
Pertanian
|
7.846
|
8.956
|
9.841
|
11.010
|
Manufaktur
|
11.346
|
13.004
|
15.324
|
15.102
|
Penurunan ini disebabkan ROI sector
pertanian +/- 15 %,shg tdk menarik.
D. Keterkaitan
Pertanian dengan Industri Manufaktur
Salah satu penyebab krisis
ekonomiè kesalahan industrialisasi yg tidak berbasis pertanian. Hal ini
terlihat bahwa laju pertumbuhan sector pertanian (+) walaupu kecil, sedangkan
industri manufaktur (-). Jepang, Taiwan & Eropa dlm memajukan industri
manufaktur diawali dg revolusi sector pertanian.
Alasan sector pertanian harus kuat
dlm proses industrialisasi:
§ Sektor pertanian kuatè pangan
terjaminè tdk ada laparèkondisi sospol stabil
§ Sudut Permintaanè Sektor pertanian
kuatè pendapatan riil perkapita naikè permintaan oleh petani thd
produk industri manufaktur naik berarti industri manufaktur berkembang &
output industri menjadi input sektor pertanian
§ Sudut
Penawaranè permintaan
produk pertanian sbg bahan baku oleh industri manufaktur.
§ Kelebihan output siktor pertanian digunakan sbg sb
investasi sektor industri manufaktur spt industri kecil dipedesaan.
Kenyataan di Indonesia keterkaitan produksi sektor
pertanian dam industri manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut sangat
bergantung kepada barang impor.
BAB VIII
INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
A.
Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Industrialisasi suatu
proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan
perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong
perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi
merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan
ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam
meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa
industrialisasi.
B.Faktor – Faktor Pendukung Industrialisasi
Faktor-faktor pendorong
industrialisasi itu sendiri adalah :
a.kemampuan teknologi dan inovasi
b.laju pertumbuhan pendapatan nasional per-kapita
c.kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri
d.besar pangsa pasar DN yang ditentukan tingkat pendapatan dan jumlah penduduk
e.ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi
f.keberasaan SDA(sumber daya alam)
g.kebijakan atau strategi pemerintah
a.kemampuan teknologi dan inovasi
b.laju pertumbuhan pendapatan nasional per-kapita
c.kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri
d.besar pangsa pasar DN yang ditentukan tingkat pendapatan dan jumlah penduduk
e.ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi
f.keberasaan SDA(sumber daya alam)
g.kebijakan atau strategi pemerintah
C. Perkembangan
Sektor Industri Manufaktur di Indonesia
Industri diklasifikasikan:
a) Industri primer/hulu yaitu mengolah
output dari sektor pertambangan (bahan mentah) menjadi bahan baku siap pakai
untuk kebutuhan proses produksi pada tahap selanjutnya
b) Industri sekunder/manufaktur yang
mencakup: industri pembuat modal (mesin), barang setengah jadi dan alat
produksi, dan industri hilir yang memproduksi produk konsumsi
A. Pertumbuhan output.
Pertumbuhan output yang tinggi disebabkan oleh permintaan eksternal yang
tinggi. Pertumbuhan PDB 3 sektor penting di LDCs sebagai berikut:
Sumber Utama Pertumbuhan PDB menurut Tiga Sektor di Negara Berkembang 1970
-1995 (%)
Sektor
|
Laju Pertumbuhan Rata rata
|
Pangsa dari Kontribusi thd Pertumbuhan PDB
|
||||||
Pertanian
|
2,7
|
3,4
|
2,4
|
2,9
|
10,5
|
16
|
8,2
|
13,9
|
Manufaktur
|
6,8
|
4,6
|
6,9
|
5,9
|
21,3
|
26
|
32,1
|
22,9
|
Jasa
|
6,3
|
3,6
|
4,5
|
4,9
|
50,3
|
49,4
|
46,4
|
47,6
|
PDB
|
5,7
|
3,5
|
4,7
|
4,6
|
100
|
100
|
100
|
100
|
§ Laju
pertumbuhan output rata rata pertahun untuk sektor manufaktur (22,9 %) lebih
tinggi dari pertanian (13,9%) periode 1970 – 1995.
§ Kontribusi
thd pertumbuhan PDB 1970 – 1980 (21,3 %) & 1990 – 1995 (32,1%)
§ Pertmbuhan
output sektor manufaktur karena permintaan eksternal èekspor tinggi
Sumber Utama Pertumbuhan PDB menurut
Tiga Sektor di Negara Asia Timur & Tenggara 1970 -1995 (%)
Sektor
|
Laju Pertumbuhan Rata rata
|
Pangsa dari Kontribusi thd Pertumbuhan PDB
|
||||||
Pertanian
|
1,9
|
3,2
|
3,3
|
2,7
|
23,6
|
22,4
|
22,1
|
26,2
|
Manufaktur
|
4,3
|
6,9
|
4,6
|
5,4
|
15,5
|
17,2
|
15,9
|
15,0
|
Jasa
|
4,3
|
6,2
|
5,1
|
5,2
|
49,4
|
49,4
|
52,7
|
46,1
|
PDB
|
3,3
|
5,3
|
4,5
|
4,3
|
100
|
100
|
100
|
100
|
§ Laju
pertumbuhan PDB wilayah ini rata rata pertahun 7,4% periode 1970 – 1995 lebih
tinggi dari pertumbuhan PDB dunia 2,9 % dan laju pertumbuhan PDB negara
berkembang 4,6 %
Tingkat perkembangan industri manufaktur dapat dilihat dari pendalaman
struktur industri itu sendiri. Struktur industri:
1. Ragam produk è barang konsumsi, sederhana, barang konsumsi dg kandungan
teknologi yanglebih canggih, barang modal,
2. Intensitas pemakain faktor produksiè barang dengan padat karya dan
barang
dengan padat modal
3. Orinetasi pasar è barang domestik & barang ekspor
B. Pendalaman Struktur
Industri.
Pembangunan ekonomi jangka panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi
dari pertanian menuju industri dan menggeser struktur industri yang memiliki
keunggulan kompetitif dan komparatif.
Perubahan struktur industri disebabkan oleh
a)
Penawaran aggregatè perkembangan teknolgi, kualitas SDM, inovasi material baru
untuk produksi
b)
Permintaan aggregatè peningkatan pendapatan perkapita yang mengubah volume
& pola konsumsi
D. Permasalahan Industrialisasi
Permasalahan dalam Industri
Manufaktur
Industri manufaktur di LDCs lebih
terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini karena :
|
1. Keterbatasan teknologi
2. Kualitas Sumber daya Manusia
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidika &
penelitian dan masih rendah
Masalah dalam industri manufaktur nasional:
1. Kelemahan struktural
- Basis ekspor & pasar masih sempitè walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam & TK, tapi produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
a. terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas
kaki)
b. Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada,Turki & Norwegia
c. USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil &pakaian jadi dari Indonesia
d. Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
b. Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada,Turki & Norwegia
c. USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil &pakaian jadi dari Indonesia
d. Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
e. Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul pesaing baru seperti cina & vietman
f. Produk manufaktur tradisional
menurun daya saingnya sbg akibat factor internal seperti tuntutan kenaikan
upah
- Ketergantungan impor sangat tinggi
1990, Indonesia menarik banyak PMA
untuk industri berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb,
tapi masih proses penggabungan, pengepakan dan assembling dengan hasil:
a. Nilai impor bahan baku, komponen
& input perantara masih tinggi diatas
45%
b. Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit
bergantung kepada
impor bahan baku,
komponen & input perantara masih tinggi.
c. PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku &
komponen dari LN
d. Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan
organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih
terbatas
e. Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan
pemasaran masih terbatas
- Tidak ada industri berteknologi menengah
a.
Kontribusi industri berteknologi menengah (logam, karet, plastik, semen)
thd pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
b.
Kontribusi produk padat modal (material dari plastik, karet, pupuk, kertas,
besi & baja) thd ekspor menurun 1985 – 997
c.
Produksi produk dg teknologi rendah berkembang pesat.
- Konsentrasi regional
Industri mnengah
& besar terkonsentrasi di Jawa.
2. Kelemahan organisasi
- Industri kecil & menengah masih terbelakangèproduktivtas rendahè Jumlah Tk masih banyak (padat Karya)
- Konsentrasi Pasar
- Kapasitas menyerap & mengembangkan teknologi masih lemah
- SDm yang lemah
E. Strategi Pembangunan Sektor
Industri
Strategi pelaksanaan industrialisasi:
1. Strategi substitusi impor (Inward
Looking).
Bertujuan mengembangkan industri
berorientasi domestic yang dapat menggantikan produk impor. Negara yang
menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
§ Sumber daya alam & Faktor produksi cukuo tersedia
§ Potensi permintaan dalam negeri memadai
§ Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam
negeri
§ Kesempatan kerja menjadi luas
§ Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit berkurang
2. Strategi promosi ekspor (outward
Looking)
Beorientasi ke pasar internasional
dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan
bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
- Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang ybs baik pasar input maupun output
- Tingkat proteksi impor harus rendah
- Nilai tukar harus realistis
- Ada insentif untuk peningkatan ekspor
gSOAL
1. Dibawah ini adalah
beberapa akibat dari kemiskinan, kecuali….
a.
Kriminalitas
b.
Urbanisasi
c.
Kebodohan
d.
Kemakmuran
2.
Kemiskinan dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu….
a.
Kemiskinan absolut dan kemiskinan permanen
b. Kemiskinan
absolut dan Kemiskinan relative
c.
Kemiskinan relative dan kemiskinan permanen
d.
Kemiskinan relative dan kemiskinan sementara
3. Yang merupakan
faktor-faktor Pendorong Industrialisasi ?
a.
Kemampuan teknologi dan inovasi
b. Pembagian kerja teknis yang
relatif kompleks
c. Kualitas Sumber daya
Manusia
d. Meningkatkan penyebaran
industry
4.
Hal yang merupakan sebagai akibat dari kemiskinan ialah, kecuali…
a.
Kriminalitas
b.
Urbanisasi
c. Stabilnya
ekonomi
d.
Kebodohan
5.
Konsep yang pengukurannya mengacu kepada garis kemiskinan disebut…
a.
Kemiskinan absolute
b.
Kemiskinan cultural
c.
Kemiskinan structural
d. Kemiskinan
relatif
6. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka
pengusaha daerah akan mendapatkan oppurtunity seperti dibawah ini, kecuali
..
a. Alokasi dana
bagi hasil SDA ditujukan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan
daerah
b.
Bekerja dengan biaya lebih murah dan mudah
c.
Mencegah adanya proyek-proyek yang datang dengan kontraktornya.
d.
Kebijaksanaan ekonomi yang sesuai dengan kelebihan daerah masing-masing
7. Zona pengembangan
ekonomi daerah (ZPED) adalah....
a.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk
membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di
masa depan.
b. usaha meningkatkan kualitas
kehidupan maupun kualitas lingkungan, sektor dan jangkauannya sangat luas
c. tingkat minimum pendapatan
yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup
yang mencukupi di suatu negara.
d. keadaan
dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan ,
pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan
kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
8. Ada beberapa
alasan munculnya Undang-Undang Otonomi Daerah, kecuali....
a. Terjadinya
krisis ekonomi yang pada akhirnya memunculkan krisis multi dimensi
b. Isu
disintegrasi yang merebak di beberapa propinsi yang kaya Sumberdaya
c. UU No.
22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
d.
Tidak terjadinya krisis ekonomi
9. Salah satu keunggulan yang
dimiliki Indonesia bagian timur adalah...
a. Hasil perikanan yang menurun
b. Kurangnya pengeboman didasar laut
c.
Kekayaan sumber daya alam
d. Penduduk yang terdiri dari
berbagai macam suku
10. Analisis adalah aktivitas yang
memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk
digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari
kaitannya dan ditaksir maknanya. Merupakan pengertian menurut...
a.
Komaruddin
b.
Anne Greogory
C. Wiradi
d.
Dwi Prastowo Darminto & Rifka Julianty
11.
Apa saja penyebab dari rendahnya pertumbuhan output pertanian, kecuali…
a. Kurangnya
Tenaga Kerja
b.
Iklim
c.
Kualitas SDM
d.
Penggunaan Teknologi
12.
NTP setiap wilayah berbeda dan ini tergantung pada, kecuali..
a.
Inflasi setiap wilayah
b.
Sistem distribusi input pertanian
c.
Perbedaan ekuilibrium pasar komoditi pertanian setiap wilayah (D=S)
d. Rasio
indeks harga
13. Ada
4 alasan sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian
nasional yaitu seperti berikut ini, kecuali .......
a.
Indonesia merupakan negara berkembang yang masih relatif tertinggal dalam
penguasaan Iptek
b. Penduduk
Indonesia yang relatif banyak
c.
Negara Indonesia yang agraris
d. Sektor
pertanian memiliki karakteristik yang unik
14. Mengorbankan 1 unit A utk membuat ½ unit B adalah pengertian dari...
a.Nilai Tukar Petani
b.Dasar tukar
c. Biaya opportunitasnya
d. Sistem distribusi inptu pertanian
a.Nilai Tukar Petani
b.Dasar tukar
c. Biaya opportunitasnya
d. Sistem distribusi inptu pertanian
15. Laju pertumbuhan sektor ini rendah, karena PMDN & PMA serta kerdit yg
mengalir kecil. Hal ini karena resiko lebih tinggi (gagal panen) dan nilai
tambah lebih kecil di sektor pertanian. merupakan hasil penelitian dari...
a. Supranto
b. Simatupang
c. Siliwangi
d. Soedrajad
a. Supranto
b. Simatupang
c. Siliwangi
d. Soedrajad
16.
Faktor-faktor pendorong industrialisasi itu sendiri adalah,kecuali…
a.kemampuan teknologi dan inovasi
b.laju pertumbuhan pendapatan
nasional per-kapita
c.kondisi dan struktur awal ekonomi
dalam negeri
d.lemahnya
tingkat pendidikan
17
Di bawah ini adalah mengatasi permasalahan secara nasional ,kecuali…
a.Meningkatkan penyerapan tenaga
kerja industri
b.Meningkatkan ekspor Indonesia dan
pember-dayaan pasar dalam negeri
c.Menurunkan
kegiatan ekspor-impor
d.Memberikan sumbangan pertumbuhan
yang berarti bagi perekonomian
18.
Pada awal abad ke berapa revolusi industri di Inggris dimulai?
a.
Abad ke-17
b. Abad ke-18
c. Abad ke-19
d. Abad ke-20
19.
Di bawah ini adalah mengatasi permasalahan secara nasional ,kecuali…
a.Meningkatkan penyerapan tenaga
kerja industri
b.Meningkatkan ekspor Indonesia dan
pember-dayaan pasar dalam negeri
c.Menurunkan
kegiatan ekspor-impor
d.Memberikan sumbangan pertumbuhan
yang berarti bagi perekonomian
20. Untuk
memajukan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap Negara,dengan didukung
oleh sumber daya manusia yang berkualitas,dengan industrialisasi ini
maka,Negara berkembang yang mampu memanfaatkannya dengan baik,maka akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara tersebut, merupakan tujuan dari…
a.Industrialisasi
c.Sektor pertanian
b.Sektor
Ekonomi
d.Strategi pembangunan industry
Komentar
Posting Komentar